Halaman

Dasar-Dasar Jurnalistik untuk Pemula

Posted by : Ekstra Jurnalistik SMA Hidayatus Salam Lowayu

 SETIAP (calon) wartawan wajib memahami dan menguasai dasar-dasar jurnalistik (basics of journalisme) agar menjalankan aktivitas jurnalistik dengan baik dan benar.

Wartawan profesional tidak sekadar "bisa nulis berita", tapi juga memahami dan menaati aturan yang berlaku di dunia jurnalistik, terutama kode etik jurnalistik.

Jika ada keluhan tentang kinerja wartawan, misalnya tulisannya "asal" atau beritanya "ngawur" --dari segi penulisan ataupun dari segi substansi, kemungkinan besar sang wartawan belum/tidak memahami dan menguasai dasar-dasar jurnalistik.

Bisa jadi, ia menjadi wartawan hanya bermodal "bisa nulis", tidak punya bekal dasar-dasar jurnalistik sebagaimana peserta pelatihan atau mahasiswa jurnalistik.

Ruang Lingkup Dasar-Dasar Jurnalistik

Dasar-Dasar Jurnalistik adalah hal-hal mendasar tentang dunia jurnalistik yang meliputi dua hal:
  1. Pengetahuan (knowledge)
  2. Keterampilan (skill) jurnalistik
Dasar-Dasar Jurnalistik dalam hal pengetahuan yang terpenting adalah pengetahuan tentang "istilah-istilah kunci" (key terms) atau "kata kunci" (keywords) seperti sejarah dan asal-usul kata jurnalistik itu sendiri, pengertian jurnalistik, produk jurnalistik, berita, reportase, kode etik jurnalistik, bahasa jurnalistik, pers, media, wartawan, reporter, redaksi, editor, dan sebagainya.

Dasar-Dasar Jurnalistik dalam hal keterampilan yang terpenting adalah teknik reportase, termasuk wawancara, dan penulisan berita karena berita merupakan produk utama jurnalistik sekaligus karya utama wartawan (jurnalis).

Pengertian Jurnalistik

Pengertian istilah jurnalistik dapat ditinjau dari tiga sudut pandang:
  1. Harfiyah
  2. Konseptual/Teoretis
  3. Praktis
Secara harfiyah, jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya “jurnal” (journal), artinya laporan atau catatan, atau “jour” dalam bahasa Prancis yang berarti “hari” (day). Asal-muasal kata jurnalistik dari bahasa Yunani Kuno, “du jour” yang berarti hari, yakni kejadian hari ini yang diberitakan dalam lembaran tercetak.

Secara konseptual, jurnalistik dapat dipahami dari tiga sudut pandang:
  1. Proses.
  2. Teknik.
  3. Ilmu.
Sebagai proses, jurnalistik adalah “aktivitas” mencari, mengolah, menulis, dan menyebarluaskan informasi kepada publik melalui media massa. Aktivitas ini dilakukan oleh wartawan (jurnalis).

Sebagai teknik, jurnalistik adalah “keahlian” (expertise) atau “keterampilan” (skill) menulis karya jurnalistik (berita, artikel, feature) termasuk keahlian dalam pengumpulan bahan penulisan seperti peliputan peristiwa (reportase) dan wawancara.

Sebagai ilmu, jurnalistik adalah “bidang kajian” mengenai pembuatan dan penyebarluasan informasi (peristiwa, opini, pemikiran, ide) melalui media massa.

Jurnalistik termasuk ilmu terapan (applied science) yang dinamis dan terus berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dan dinamika masyarakat itu sendiri. Sebaga ilmu, jurnalistik termasuk dalam bidang kajian ilmu komunikasi, yakni ilmu yang mengkaji proses penyampaian pesan, gagasan, pemikiran, atau informasi kepada orang lain dengan maksud memberitahu, mempengaruhi, atau memberikan kejelasan.

Secara praktis, jurnalistik adalah proses pembuatan informasi atau berita (news processing) dan penyebarluasannya melalui media massa.

Dari pengertian jurnalistik secara praktis ini, kita dapat melihat adanya empat komponen dalam dunia jurnalistik:
  1. Informasi
  2. Penyusunan informasi
  3. Penyebarluasan informasi
  4. Media massa.

Informasi : News & Views

Informasi adalah pesan, ide, laporan, keterangan, atau pemikiran. Dalam dunia jurnalistik, informasi dimaksud adalah news (berita) dan views (opini).

Berita adalah laporan peristiwa yang bernilai jurnalistik atau memiliki nilai berita (news values) –aktual, faktual, penting, dan menarik. Berita disebut juga “informasi terbaru”. Jenis-jenis berita a.l.
  1. Berita langsung (Straight News/Spot News/Hard News)
  2. Berita opini (opinion news)
  3. Berita investigasi (investigative news)
  4. Berita ringan (Soft News)
Views adalah pandangan atau pendapat mengenai suatu masalah atauperistiwa. Jenis informasi ini a.l. kolom, tajukrencana, artikel, suratpembaca, karikatur, pojok, dan esai.

Ada juga tulisan yang tidak termasuk berita juga tidak bisa disebut opini, yakni feature, yang merupakan perpaduan antara news dan views. Jenis feature yang paling populer adalah feature tips (how to do it feature), feature biografi, feature catatan perjalanan/petualangan, dan feature human interest.

Penyusunan Informasi

Informasi yang disajikan sebuah media massa tentu harus dibuat atau disusun dulu. Yang bertugas menyusun informasi adalah bagian redaksi (Editorial Department), yakni para wartawan, mulai dari Pemimpin Redaksi, Redaktur Pelaksana, Redaktur Desk, Reporter, Fotografer, Koresponden, hingga Kontributor.

Pemred hingga Koresponden disebut wartawan. Menurut UU No. 40/1999, wartawan adalah “orang yang melakukan aktivitas jurnalistik secara rutin”. Untuk menjadi wartawan, seseorang harus memenuhi kualifikasi berikut ini:
1. Menguasai teknik jurnalistik, yaitu skill meliput dan menulis berita, feature, dan tulisan opini.
2. Menguasai bidang liputan (beat).
3. Menguasai dan menaati Kode Etik Jurnalistik.

News Processing

Teknis pembuatan informasi atau berita  terangkum dalam konsep proses pembuatan berita (news processing), meliputi:

1. News Planning = perencanaan berita. Dalam tahap ini redaksimelakukan Rapat Proyeksi, yakni perencanaan tentang informasi yangakan disajikan. Acuannya adalah visi, misi, rubrikasi, nilai berita, dankode etik jurnalistik. Dalam rapat inilah ditentukan jenis dan tema-tematulisan/berita yang akan dibuat dan dimuat, lalu dilakukan pembagiantugas di antara para wartawan.

2. News Hunting = pengumpulan bahan berita. Setelah rapat proyeksidan pembagian tugas, para wartawan melakukan pengumpulan bahanberita, berupa fakta dan data, melalui peliputan, penelusuran referensiatau pengumpulan data melalui literatur, dan wawancara.

3. News Writing = penulisan naskah. Setelah data terkumpul, dilakukanpenulisan naskah.

4. News Editing = penyuntingan naskah. Naskah yang sudah ditulisharus disunting dari segi redaksional (bahasa) dan isi (substansi).Dalam tahap ini dilakukan perbaikan kalimat, kata, sistematikapenulisan, dan substansi naskah, termasuk pembuatan judul yangmenarik dan layak jual serta penyesuaian naskah dengan space ataukolom yang tersedia.

Setelah keempat proses tadi dilalui, sampailah pada proses berikutnya, yakni proses pracetak berupa Desain Grafis, berupa lay out (tata letak), artistik, pemberian ilustrasi atau foto, desain cover, dll. Setelah itu langsung ke percetakan (printing process).

Penyebarluasan Informasi

Yakni penyebarluasan informasi yang sudah dikemas dalam bentuk media massa (cetak). Ini tugas bagian marketing atau bagian usaha (BusinessDepartment) –sirkulasi/distribusi, promosi, dan iklan. Bagian ini harus menjual media tersebut dan mendapatkan iklan.

Media Massa

Media Massa (Mass Media) adalah sarana komunikasi massa (channel ofmass communication). Komunikasi massa sendiri artinya proses penyampaian pesan, gagasan, atau informasi kepada orang banyak (publik) secara serentak.

Ciri-ciri (karakteristik) medi massa adalah:
  1. Disebarluaskan kepada khalayak luas (publisitas)
  2. Pesan atau isinya bersifat umum (universalitas)
  3. Tetap atau berkala (periodisitas)
  4. Berkesinambungan (kontinuitas)
  5. Berisi hal-hal baru (aktualitas).
Jenis-jenis media massa yaitu:
  1. Media Massa Cetak (Printed Media)
  2. Media Massa Elektronik (Electronic Media)
  3. Media Online (Cybermedia)
Yang termasuk media elektronik adalah radio, televisi, dan film. Sedangkan media cetak –berdasarkan formatnya— terdiri dari koran atau suratkabar, tabloid, newsletter, majalah, buletin, dan buku. Media Online adalah website internet yang berisikan informasi- aktual layaknya media massa cetak.

Produk Utama Jurnalistik: Berita

Aktivitas atau proses jurnalistik utamanya menghasilkan berita, selain jenis tulisan lain seperti artikel dan feature. Berita adalah laporan peristiwa yang baru terjadi atau kejadian aktual yang dilaporkan di media massa.

Tahap-tahap pembuatan/penulisan berita adalah sebagai berikut:
1. Mengumpulkan fakta dan data peristiwa yang bernilai berita –aktual, faktual, penting, dan menarik—dengan “mengisi” enam unsur berita 5W+1H (What/Apa yang terjadi, Who/Siapa yang terlibat dalam kejadian itu, Where/Di mana kejadiannya, When/Kapan terjadinya, Why/Kenapa hal itu terjadi, dan How/Bagaimana proses kejadiannya)

2. Fakta dan data yang sudah dihimpun dituliskan berdasarkan rumus 5W+1H dengan menggunakan Bahasa Jurnalistik –spesifik= kalimatnya pendek-pendek, baku, dan sederhana; dan komunikatif = jelas, langsung ke pokok masalah (straight to the point), mudah dipahami orang awam.

3. Komposisi naskah berita terdiri atas: Head (Judul), Date Line (Baris Tanggal), yaitu nama tempat berangsungnya peristiwa atau tempat berita dibuat, plus nama media Anda, Lead (Teras) atau paragraf pertama yang berisi bagian paling penting atau hal yang paling menarik, dan Body (Isi) berupa uraian penjelasan dari yang sudah tertuang di Lead. (www.romelteamedia.com).*


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Dasar-Dasar Jurnalistik Dakwah

Dasar-Dasar Jurnalistik Dakwah
JURNALISTIK Dakwah --dikenal juga sebagai Jurnalistik Islam atau Jurnalistik Islami-- adalah  jurnalistik yang mengusung visi-misi syiar Islam.
Jurnalistik Dakwah awalnya identik dengan Dakwah Bil Qolam (Dakwah Bil Kitabah, Dakwah Bit Tadwin), yaitu dakwah dengan tulisan, seperti lewat tulisan di media massa cetak dan buku, mengingat "pengertian konvensional jurnalistik" yang identik dengan media cetak --suratkabar, tabloid, majalah, atau buletin.
Namun, seiring perkembangan media, jurnalistik dakwah tidak lagi terbatas di media cetak, tapi juga media elektronik (Radio/Televisi) dan media siber (cybermedia, media online, media internet). 
Feature radio atau feature televisi, misalnya, jika mengandung kebaikan, kebenaran, dan bernilai syi'ar Islam, maka itu termasuk produk jurnalistik dakwah. 

Definisi Jurnalistik Dakwah

Dalam buku Jurnalistik Dakwah: Visi dan Misi Dakwah Bil Qolam (Rosdakarya, 2003), saya mendefinisikan Jurnalistik Dakwah atau Jurnalistik Islami sebagai suatu proses meliput, mengolah, dan menyebarluaskan berbagai peristiwa dengan muatan nilai-nilai kebenaran yang sesuai dengan ajaran Islam, khususnya yang menyangkut agama dan umat Islam.
Jurnalistik Dakwah dapat juga dimaknai sebagai “proses pemberitaan atau pelaporan tentang berbagai hal yang sarat dengan muatan dan sosialisasi nilai- nilai Islam”.
Dapat disimpulkan, jurnalistik dakwah yaitu proses peliputan dan pelaporan peristiwa yang mengandung pesan dakwah berupa ajakan ke jalan Allah SWT.

Setiap berita, artikel opini, ataupun featyre yang mengandung seruan secara langsung dan tidak langsung, tersurat ataupun tersurat, untuk beriman, berbuat baik (beramal saleh), dan bertakwa kepada Allah SWT masuk dalam kategori jurnalistik dakwah.
Dalam literatur jurnalistik, Jurnalistik Dakwah masuk dalam jenis Crusade Journalism, yaitu jurnalistik yang memperjuangkan nilai-nilai tertentu, yakni nilai-nilai Islam. Jurnalistik Islami mengemban misi ‘amar ma'ruf nahyi munkar (QS 3:104).
Jurnalistik Dakwah juga masuk kategori Jurnalisme Profetik (Jurnalisme Nabawi), yaitu jurnalistik yang mengemban misi (risalah) kenabian --menegakkan tauhid dan syiar Islam.

Landasan Jurnalistik Dakwah

"Dasar hukum" Jurnalistik Dakwah yaitu ayat Al-Quran yang juga menjadi dasar aktivitas dakwah secara umum:
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebaikan, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar. Merekalah orang-orang yang beruntung." (QS Ali Imran:104).
Menyeru kepada kebaikan (al-khair) dan 'amar ma'ruf nahyi munkar, berdasarkan ayat tersebut, menjadi visi-misi jurnalistik dakwah. Informasi, pesan, tulisan, atau berita yang disebarkan dalam konteks jurnalistik dakwah senantiasa mengacu pada kebaikan dalam perspektif Islam dan bertujuan menegakkan kebenaran serta mencegah hal-hal munkar (bertentangan dengan syariat Islam).

Ideologi Jurnalis Muslim

Jurnalistik Dakwah harus menjadi ideologi para jurnalis Muslim. Ideologi ini akan mendorong munculnya ghirah, semangat, membela kepentingan Islam dan umatnya, juga menyosialisasikan nilai-nilai Islam, sekaligus meng-counter dan mem-filter derasnya arus informasi jahili dari kaum anti-Islam.

Ciri khas jurnalistik dakwah adalah menyebarluaskan informasi tentang perintah dan larangan Allah SWT. Ia berpesan (memberikan message) dan berusaha keras untuk mempengaruhi komunikan/khalayak, agar berperilaku sesuai dengan ajaran Islam.

Jurnalistik Dakwah tentu saja menghindari gambar-gambar ataupun ungkapan-ungkapan pornografis, menjauh­kan promosi kemaksiatan, atau hal-hal yang bertentangan dengan syariat Islam, seperti fitnah, pemutarbalikkan fakta, berita bohong, mendukung kemunkaran, dan sebagainya. Jurnalistik Islami harus mampu mempengaruhi khalayak agar menjauhi kemaksiatan, perilaku destruktif, dan menawarkan solusi Islami atas setiap masalah.

Jurnalis Muslim: Juru Dakwah

Jurnalis Muslim adalah sosok jurudakwah (da’i) di bidang pers atau media yang terikat dengan nilai-nilai, norma, dan etika Islam dalam meliput, menulis, dan menyebarluaskan berita.

Karena jurudakwah menebarkan kebenaran Ilahi, maka jurnalis Muslim laksana “penyambung lidah” para nabi dan ulama. Karena itu, ia pun dituntut memiliki sifat-sifat kenabian, seperti Shidiq, Amanah, Tabligh, dan Fathonah.

Shidiq artinya benar, yakni menginformasikan yang benar saja dan membela serta menegakkan kebenaran itu. Standar kebenarannya tentu saja kesesuaian dengan ajaran Islam (al-Quran dan as-Sunnah). Amanah artinya terpercaya, dapat dipercaya, karenanya tidak boleh berdusta, memanipulasi atau mendistorsi fakta, dan sebagainya.

Tabligh artinya menyampaikan, yakni menginformasikan kebenaran, tidak menyembunyikannya. Sedangkan fathonah artinya cerdas dan berwawasan luas. Jurnalis Muslim dituntut mampu menganalisis dan membaca situasi, termasuk membaca apa yang diperlukan umat.

Jurnalis Muslim bukan saja para wartawan yang bergama Islam dan comitted dengan ajaran agamanya, melainkan juga para cendekiawan Muslim, ulama, mubalig, dan umat Islam pada umumnya yang cakap menulis di media massa.

Lima Peran Jurnalis Dakwah

Setidaknya ada lima peranan jurnalis Muslim, yaitu:

1. Sebagai Pendidik (Muaddib). 
Jurnalis Muslim atau Jurnalis Dakwah melaksanakan fungsi edukasi yang Islami. Ia harus lebih menguasai ajaran Islam daru rata-rata khalayak pembaca. Lewat media massa, ia mendidik umat Islam agar melaksanakan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Ia memikul tugas mulia untuk mencegah umat Islam dari berperilaku yang menyimpang dari syariat Islam, juga melindungi umat dari pengaruh buruk media massa non-Islami yang anti-Islam.

2. Sebagai Pelurus Informasi (Musaddid). 
Setidaknya ada tiga hal yang harus diluruskan oleh para jurnalis Muslim:
  1. Informasi tentang ajaran dan umat Islam. 
  2. Informasi tentang karya-karya atau prestasi umat Islam. 
  3. Dituntut mampu menggali --melakukan investigative reporting-- tentang kondisi umat Islam di berbagai penjuru dunia.
Peran Musaddid terasa relevansi dan urgensinya mengingat informasi tentang Islam dan umatnya yang datang dari pers Barat biasanya biased (menyimpang, berat sebelah) dan distorsif, manipulatif, alias penuh rekayasa untuk memojokkan Islam yang tidak disukainya. Di sini, jurnalis Muslim dituntut berusaha mengikis fobi Islam (Islamophobia) yang merupakan produk propaganda pers Barat yang anti-Islam.

3. Sebagai Pembaharu (Mujaddid)
Yakni penyebar paham pembaharuan akan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam (reformisme Islam). Jurnalis Muslim hendaknya menjadi “jurubicara” para pembaharu, yang menyerukan umat Islam memegang teguh al-Quran dan as-Sunnah, memurnikan pemahaman tentang Islam dan pengamalannya (membersihkannya dari bid’ah, khurafat, tahayul, dan isme-isme asing non-Islami), dan menerapkannya dalam segala aspek kehidupan umat.

4. Sebagai Pemersatu (Muwahid)
Yaitu harus mampu menjadi jembatan yang mempersatukan umat Islam. Oleh karena itu, kode etik jurnalistik yang berupa impartiality (tidak memihak pada golongan tertentu dan menyajikan dua sisi dari setiap informasi atau both side information) harus ditegakkan. 

5. Sebagai Pejuang (Mujahid)
Yaitu pejuang-pembela Islam. Melalui media massa, jurnalis Muslim berusaha keras membentuk pendapat umum yang mendorong penegakkan nilai-nilai Islam, menyemarakkan syiar Islam, mempromosikan citra Islam yang positif dan rahmatan lil’alamin, serta menanamkan ruhul jihad di kalangan umat.

Yang Terabaikan: Profesionalisme!

Saat ini, alhamdulillah, banyak sekali media Islam, terutama di internet (media online). Namun, banyak media Islam terkesan mengabaikan teknik/skill dan kode etik jurnalistik. 
Kelemahan itu tampak dari kualitas berita --dari sisi redaksional-- yang mereka tampilkan, terutama para penulis atau wartawannya "tidak bisa menahan diri" untuk beropini dalam menulis berita. Wartawan media Islam online juga tampak tidak bisa mengendalikan emosinya dalam menulis berita.

Tidak salah, namun hal itu berpengaruh pada kualitas berita secara jurnalistik. Bercampurnya fakta dan opini, bukan saja melanggar kode etik pemberitaan, namun juga menghasilkan berita yang "kurang enak" dibaca, terutama oleh mereka yang "ghirah keislamannya" kurang.

Selain soal pencampuran fakta dan opini, wartawan media Islam online juga tampak lemah dalam penguasaan bahasa jurnalistik. Masih banyak didapatkan berita-berita yang berisi kata mubazir dan kata jenuh, mehingga mengurangi efektivitas kalimat dan naskah berita secara keseluruhan.

Jurnalis Dakwah atau pengelola media Islam hendaknya profesional, yakni menguasai ilmu, teori, dan skill jurnalistik dengan baik. Islam juga memerintahkan demikian:

"Sesungguhnya Allah suka kepada hamba yang berkarya dan terampil (professional atau ahli). Barangsiapa bersusah-payah mencari nafkah untuk keluarganya maka dia serupa dengan seorang mujahid di jalan Allah Azza wajalla" (HR. Ahmad).
Kelamahan media Islam online secara umum adalah "sektarian", dalam arti berpihak pada kelompok atau organisasi tertentu. Sebuah media yang "sektarian" akan merugikan media itu sendiri secara ideal dan komersial (bisnis).
Demikian pemikiran atau konsep versi saya tentang Dasar-Dasar Jurnalistik Dakwah yang bisa dikembangkan dan diterapkan. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

5 Prinsip dan Cara Menulis di Media Online

Cara Menulis di Media Online
Prinsip dan cara menulis di website, internet, atau media online ini berlaku juga buat nulis email, update status panjang di Facebook, Facebook Note, Google Plus, dll.

MENULIS di media online --website, media sosial, email, facebook, blog-- harus diatur sedemikian agar scannable, bisa atau mudah dipindai oleh mata pembaca, sehingga enak dilihat, enak dibaca, dan mudah dipahami.

Penulisan online (online writing) memiliki kaidah dan gaya tersendiri yang berbeda dengan gaya penulisan di media cetak atau elektronik (radio/TV).

Setidaknya ada 5 kaidah dan cara (gaya, teknik) menulis di media online (online writing) yang wajib kita perhatikan dan amalkan. Kaidah ini bertujuan agar tulisan kita User Friendly.

Anda boleh mengabaikan kelima kaidah dan cara penulisan online yang penting ini. Risikonya, tulisan Anda tidak efektif. Anda "gagal" berkomunikasi via media online karena tulisan sulit dibaca atau menyusahkan mata user.


5 Kaidah Menulis di Media Online

  1. Scannability. Mudah dipindai, enak dipandang mata, catchy, menarik perhatian.
  2. Readability. Mudah dibaca, enak dibaca, nyaman di mata, tidak memberatkan mata.
  3. Usability. Berguna, bermanfaat, dicari orang, dibutuhkan.
  4. Findability. Mudah ditemukan, mudah diklik, muncul halaman pertama Google. Ini terkait teknik SEO, termasuk soal "keyword-rich" atau "keyword density" dan "SEO Onpage" lainnya.
  5. Visibility. Mudah dilihat, mudah ditemukan, misalnya menggunakan huruf kapital, bold, italic, as well as underlining untuk kata, kalimat, atau bagian tertentu.

Gaya Penulisan: Online Writing Style

Berikut ini lima gaya penulisan untuk bisa memenuhi 5 kaidah menulis di atas.

1. Alinea Pendek
Tulisan online, termasuk di blog, hendaknya menggunakan alinea (paragraf) pendek. Idealnya, satu alinea maksimal 5 baris.

2. Jarak Antar-Alinea
Harus ada jarang antar-alinea, menyisakan "ruang kosong" atau "ruang putih" (white space) antar-alinea. Ini membuat naskah online mudah dipindai dan enak dibaca.

3. Tidak Ada Indent
Tulisan online tidak mengenal indent, tekuk/lekuk ke dalam di awal alinea, seperti gaya naskah koran atau majalah. Ide penulisan online nomor 3 ini boleh diabaikan, tapi jadinya "tidak lazim". Coba simak situs-situs terkemuka, adakah indent?

4. Rata Kiri (Align Left)
Ini optional. Tapi jika menggunakan "align justify", maka tulisan Anda akan terkesan formal, serius, dan kaku. Jarang sekali ada situs yang menggunakan "justify", misalnya situs instansi pemerintah yang "terbawa suasana formal-birokratis".
Rata kiri akan membuat naskah menjadi nyaman dibaca, scannable, dan banyak menyisakan "ruang istirahat mata".

5. Highlight
Akan lebih scannable dan enak dibaca jika tulisan online diberi tanda-tanda khusus pada bagian khusus, seperti ditebalkan (bold), dimiringkan (italic), diberi warna (color), atau di-block qoute. Ini akan menjadikan naskah online Anda "eye catching" --menarik perhatian mata user.

Sebagian kaidah penulisan online di atas dibuat berdasarkan hasil riset pembaca online, disesuaikan dengann karakteristik media online, sebagaimana bisa disimak di NN Group.

Masih banyak kaidah penulisan online, seperti hyperlink, penentuan jenis huruf, mengelola gambar (image), dan bullet/numbering.

Untuk melihat sajian teks/naskah terbaik, sekaligus penerapan kaidah dan cara menulis di media online sebagaimana ulasan di atas, bisa dilihat hasil studi NN Group tentang bagaimana user membaca konten website.

I also strongly recommend this great posting about writing for the web: Web Style Guide. Wasalam. (www.romelteamedia.com).*




  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments